Kesehatan Mental Pelajar Pasca Badai Seroja
Post : Agustina Petronela
SUMBA TIMUR- Badai Seroja yang melanda Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Minggu, 4/4/2021, meninggalkan sejumlah dampak yang mendalam bagi para korban termasuk pelajar. Salah satunya ialah dampak psikologis yakni trauma. Trauma pada perlajar tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Agar para pelajar dapat terus melanjutkan kegiatan belajar secara normal, maka diperlukan terapi trauma/pemulihan trauma (trauma healing).
Ananda Kiha,salah satu pelajar di SD Masehi Kambaniru 1 Sumba Timur,yang saat ini duduk di bangku kelas 2 menunjukkan gejala traumanya dengan tiba-tiba menjadi emosional dan takut ketika melihat genangan air bekas cucian di rumahnya. Rambu L. Siwa,Ibunya mengatakan bahwa pasca badai seroja anaknya setiap melihat air tergenang akan ketakutan. "Nanda kalau lihat air habis cuci pakaian yang tergenang langsung teriak 'Mama lari,banjir su datang.' begitu. Jadi, saya dengan bapa nona Ju takut dan coba kasih pengertian dia pelan-pelan. Ini ju mungkin akibat waktu banjir dulu,saya dengan bapa nona terlalu panik,jadi mungkin berdampak pada dia." tuturnya pada Jumat,11/6/2021.
Trauma healing sangat di perlukan oleh para pelajar. Para pelajar terkhusus anak-anak cenderung mengalami pengulangan ingatan mengenai bencana tersebut yang kemudian dapat berkembang lebih serius menjadi rasa hilangnya emosi, atau bahkan mengalami insomnia, dan waspada berlebihan. Pada korban pelajar yang berusia anak-anak,trauma tersebut dapat merenggut keceriaannya.
Peran guru dan dosen disini sangat di butuhkan selain peran orang tua dan keluarga,namun sedikit disayangkan pengajar rata-rata memilih tak acuh. Menurut Kaleb Wadu,murid SMP Negeri 1 Waingapu,Guru justru tetap melanjutkan pembelajaran daring dan pemberian tugas beberapa hari selepas bencana tanpa berkonsultasi dengan pelajar yang terdampak badai mengenai kesehatan mentalnya.
Hal ini seharusnya menjadi perhatian kita bersama. Trauma healing dapat dilakukan dengan beberapa metode berikut ini :
1. Metode Bermain
Metode ini dapat digunakan kepada pelajar yang berusia anak-anak. Dimana dalam proses pembelajaran guru dapat mengajak anak-anak merilekskan tubuh terlebih dahulu dengan bermain sebentar agar anak terlihat ceria dan bisa sedikit mengalihkan pikirannya dari kejadian yang menimpanya.
2. Metode Konseling Trauma
Metode ini dapat digunakan kepada pelajar berusia remaja dan dewasa. Dimana Dosen dan Guru membantu pelajar untuk bisa menatap masa depannya dan membangun harapan baru dengan kondisi yang baru pula. Bagi pelajar, layanan konseling trauma akan membantu mereka memahami dan menerima lingkuangan saat ini,untuk selanjutnya mampu melupakan semua tragedi dan memulai lembaran baru. Di samping untuk menstabilkan kondisi emosional, layanan konseling trauma bagi pelajar idealnya juga memberikan rasa aman kepada pelajar.
Pendidikan memang penting dan harus didahulukan namun kesehatan mental pelajar terdampak bencana harus menjadi perhatian utama,trauma yang berlebihan akan menganggu proses belajar dan menimbulkan depresi berkepanjangan hingga akhirnya mengancam kesehatan fisik. Karenanya, mari bersama,baik orangtua,guru,dosen, keluarga dan orang terdekat untuk lebih peka terhadap kondisi kesehatan mental anak,saudara,dan siswa terkasih guna menyiapkan generasi NTT yang sehat dan cerdas kedepannya.
Komentar
Posting Komentar